I. Memahami Sifat Gereja dari kisah berikut!
“PESTA ANGGUR“
Pada suatu hari, ada Seorang Raja yang bijaksana hendak merayakan Ulang Tahunnya. Dia kemudian berdoa kepada Tuhan, agar kebahagiaan yang ia rasakan juga dapat dirasakan oleh seluruh rakyatnya. Akhirnya Tuhan menjawab doanya, yaitu agar
Raja mengadakan sebuah dengan Pesta Anggur dengan cara yang unik.
Setelah berdoa dan mendapatkan pencerahan kemudian Ia pergi ke alun-alun kerajaan dan berdiri di sebuah mimbar dan meminta para prajuritnya untuk mengumpulkan rakyatnya di sana.
Raja yang bijaksana itu kemudian berkata,“Wahai Rakyatku yang berbahagia, aku telah berbicara kepada Tuhan, dan Tuhan telah menjawab doaku. Bahwa di
hari ulang tahunku besok aku akan merayakan sebuah pesta. Pesta yang dapat
kalian nikmati juga, bukan hanya kalangan bangsawan tapi menjadi sebuah pesta
untuk kita semua. Pesta itu adalah Pesta Anggur.“
Seluruh rakyat bertepuk tangan dan bersorak.
Kemudian Raja
melanjutkan pidatonya,“Tetapi ada satu cara yang aku minta dari kalian, aku
akan membuatkan sebuah wadah besar yang akan kutaruh di tengah kota. Wadah itu
akan di isi oleh air anggur. Air anggur yang kalian bawa sendiri, yang dengan
rela menyumbangkannya sebotol tiap-tiap orang. Tiap-tiap kamu akan menuangkan
sebotol anggur milikmu ke dalam wadah itu dan pada hari pesta besok kita akan
meminumnya bersama-sama., sebagai hari kebahagiaan kita bersama-sama“.
Rakyatpun bertepuk tangan riuh-rendah, sambil gembira.
Akhirnya sebuah wadah
besar itupun telah ada di tengah kota. Salah seorang penduduk berpikir,“jika
aku memberikan sebotol berisi air, tidak akan berdampak besar pada rasa anggur,
jika semua penduduk kota memberikan anggurnya“.
Maka ia lalu menuangkan sebotol air biasa ke dalam wadah itu
lalu pergi. Tidak ada seorangpun yang mengetahui hal tersebut. Seluruh rakyat
melakukan perintah Raja, sehingga tepat tangah malam wadah itu telah penuh
berisi. Wadah itu telah siap untuk perayaan esok hari.
Pada esok hari,
seluruh rakyat berkumpul dialun-alun tengah. Raja berdiri di antara mereka.
Raja lalu berkata,“Terimakasih rakyatku,kalian telah bersedia menyumbangkan
sebotol air anggur untuk kita adakan pesta bersama. Sekarang marilah kita berpesta!“, lalu ia
kembali ke tempat duduknya.
Setiap penduduk mengambil air anggur yang berada dalam wadah tersebut, dan meminumnya. Setelah meminumnua mereka kaget, bahwa tidak ada air anggur yang terdapat dalam wadah tersebut. Wadah tersebut hanyalah wadah berisi air biasa. Raja tidak tahu tentang itu, tapi tiap-tiap orang yang berada di situ tertunduk dan merasa bersalah.
Ternyata mereka berpikir sama seperti pemikiran seorang penduduk tadi. Dan mereka hanya bisa merasa pura-pura bahagia tetapi hati mereka bersedih karena rasa bersalah.
II. Sifat Gereja Yang Satu
“Allah telah berkenan menghimpun orang-orang yang beriman
akan Kristus menjadi umat Allah“ (1 Petrus 2:5-10) dan “Membuat mereka satu
Tubuh“ (1Kor 12:12).
Kesatuan Gereja terungkap dalam :
Ungkapan Kesatuan :
Kesatuan iman para anggotanya
> Kesatuan iman ini bukan kesatuan yang statis, melainkan dinamis. Iman prinsip kesatuan batiniah Gereja.
kesatuan dalam pimpinannya, yaitu Hierarki
> Hierarki memiliki tugas mempersatuakan umat. Hieartki sering dilihat sebagai prinsip kesatuan lahirian dari Gereja
Kesatuan dalam kebaktian dan kehidupan sakramental.
> Kebaktian dan sakramen-sakramen merupakan ekspresi simbolis dan kesatuan Gereja (Efesus 4:306)
III. Sifat Gereja Yang Kudus
III. Sifat Gereja Yang Kudus
Roh Kudus
tinggal dalam semua anggota Gereja, dan karenanya mereka itu kudus adanya.
Kekudusan juga perlu diperjuangkan secara terus-menerus. Pemahaman
harus diletakkan dalam kerangka suatu tanggapan atas karya Allah yang dihayati
oleh setiap manusia, dalam arti bahwa kekudusan menjadi sikap dasar yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, bukan perilaku kehidupan sehari-hari
yang serba suci atau corak hidup yang suci.
Gereja menjadi kudus karena sumber (dari mana berasal),
tujuan (kemana diarahkan), dan unsur-unsur ilahi yang otentik yang ada di
dalamnya adalah kudus.
Cirikhasnya :
•Sumber dari Gereja berasal adalah kudus, didirikan oleh
Kristus sendiri (Yoh 17:11)
•Tujuan Gereja adalah kudus, ditujukan untuk kemuliaan Allah
dan penyelamatan manusia
•Jiwa Gereja adalah kudus, karena jiwa Gereja adalah Roh
Kudus sendiri.
•Unsur-unsur ilahi yang otentik seperti sakramen-sakramen
dan ajara-ajaran.
•Anggota Gereja adalah kudus, karena ditandai oleh Kristus
melalui pembaptisan, diserahkan kepada
Kristus dan dipersatukan melalui iman,
harapan dan cinta. Setiap anggota Gereja dipanggil kepada
kekudusan.
IV. Sifat Gereja Yang Katolik (Universal)
Umum/universal/lengkap/terbuka. St. Ignatius dari
Aniokhia, perayaan Ekaristi, yang dipimpin oleh uskup, yang hadir bukan hanya
jemaat setempat, melainkan seluruh Gereja.. Katolik dikhususkan untuk umat Kristen yang mengakui Paus sebagai pemimpin Gereja universal.
A. Sifat umum kata Katolik adalah :
“Satu umat Allah itu hidup di tengah
segala bangsa di dunia ini, karena memperoleh warganya dari
semua bangsa. Semua
orang beriman, yang tersebar di seluruh dunia, dalam Roh Kudus
berhubungan
dengan yang lain. Gereja memajukan dan menampung segala kemampuan, kekayaan,
dan adat istiadat bangsa-bangsa sejauh itu baik; dengan manampung juga
memurnikan,
menguatkan, serta mengangkatnya. Gereja yang katolik secara tepat
guna dan tiada hentinya
berusaha merangkum segenap umat manusia beserta segala
harta kekayaan di bawah Kristus
Kepala
dan kesatuan Roh-Nya“
B. Kekatolikan Gereja tampak dalam:
•Gereja merangkum segenap umat manusia beserta segala harta
kekayaanya, dengan Kristus sebagai kepala-Nya
•Rahmat dan keselamatan yang ditawarkannya
•Iman dan ajaran Gereja yang bersifat umum, dapat diterima
dan dihayati oleh siapapun juga
C. Usaha
Gereja Katolik harus terbuka, maka yang perlu diusahakan adalah:
•Bersikap terbuka dan menghormati kebudayaan, adat istiadat bahkan
agama bangsa manapun
•Bekerja sama dengan pihak manapun yang berkehendak baik
untuk mewujudkan nilai-nilai luhur di dunia ini
•Selalu berusaha memprakarsai dan memperjuangkan suatu dunia
yang lebih baik untuk umat manusia
•Memiliki jiwa besar dan keterlibatan penuh dalam kehidupan
bermasyarakat, sehingga dapat memberikan
kesaksian bahwa “katolik“, artinya
terbuka untuk apa saja yang baik dan siapa saja yang berkehendak
baik.
D.
Ke
II.
II.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar