I. Sekilas tentang
Mormonism dan tuduhan terhadap Gereja Katolik
Berikut ini sekilas tentang Mormonism, yang saya sarikan
dari buku karangan Father Frank Chacon dan Jim Burnham, Beginning
Apologetics 2 (Farmington, San Juan Seminars, 1996) p. 19- 26:
Gereja Mormon didirikan oleh Joseph Smith, Jr pada tahun 1830.
Nama resminya adalah Church of Jesus Christ of Later-day Saints (LDS). Joseph
Smith (1805-1844) mengklaim bahwa ia mendirikan gereja Mormon atas
dasar wahyu- wahyu yang diterimanya tahun 1820, dari dua orang yang datang dari
surga. Mereka mengatakan kepadanya bahwa semua agama Kristen yang ada saat itu
sudah rusak total. Maka misi Joseph Smith adalah untuk memulihkan agama
tersebut, yang konon sudah rusak segera setelah kematian Rasul yang terakhir.
Untuk menggenapi misinya, Joseph Smith mengklaim bahwa Tuhan telah
menjadikannya seorang nabi dan rasul. Ia menjadi nabi yang menyampaikan Wahyu
Ilahi dan menulis kitab Suci. Smith memang menulis tiga kitab yang diklaim oleh
kaum Mormon sebagai bagian dari Kitab Suci: Book
of Mormon, Doctrines and Covenants and Pearl of Great Price.
Kaum Mormon juga percaya bahwa para pemimpin gereja LDS yang
meneruskan Joseph Smith adalah nabi- nabi. Berikut ini adalah sumber- sumber
utama yang dipinjam oleh Joseph Smith untuk mendirikan Mormonism:
1) Protestantism.
Joseph Smith, seperti Charles Taze
Russell (Pendiri Saksi Yehuwa) datang dari latar belakang Protestan. Smith
mengajarkan kesalahan ajaran Protestantism, seperti penolakan akan Ekaristi,
Paus, ajaran tentang Maria, dan kitab- kitab Deuterokanonika.
2) Adventism.
Ajaran Joseph Smith mempunyai kemiripan
dengan ajaran Adventism. Smith memperkirakan akhir jaman pada tahun 1890.
Walaupun tidak menekankan perhatian akan akhir jaman, seperti halnya pada
aliran the Seventh-Day Adventists dan Saksi Yehuwa, Smith menyerap pola pikir
bebas dalam hal- hal religius seperti yang dianut oleh kelompok- kelompok
Adventist di jamannya.
3)
Freemasonary.
Smith masuk menjadi anggota Mason tahun
1842, dan mengambil upacara- upacara Masonik ke dalam Mormonism.
4) Sumber- sumber lainnya.
Tokoh- tokoh kolonial: Cotton Maher,
William Penn dan Roger Williams, memperkirakan bahwa orang- orang Indian di
Amerika kemungkinan adalah kaum sisa Israel Palestina yang bermigrasi ke
Amerika berabad sebelum Kristus. Smith mengajarkan bahwa orang- orang Yahudi
yang datang ke Amerika sekitar tahun 600 BC mendirikan dua bangsa yang besar,
yaitu Nephites dan Lamanites. Namun demikian,
penyelidikan arkeologis dan sejarah Amerika tidak dapat menemukan jejak kedua
bangsa ini seperti yang disebut dalam Book of Mormons.
Tidak adanya bukti ini telah menjadi hal yang sangat memalukan bagi para
sejarahwan Mormon dan arkeolognya. Karena bukti- bukti yang semakin meyakinkan
bahwa kedua bangsa ini tidak pernah ada, maka kaum Mormon mengesampingkan
ajaran ini.
Ajaran Mormon lainnya yang tidak sesuai
dengan Kitab Suci maupun Tradisi Suci adalah tentang perkawinan di surga,
poligami, baptisan orang mati, kepercayaan akan wahyu- wahyu yang terus
menerus, dan adanya banyak tuhan. Tentang Gereja Katolik, Mormonism menyebutnya sebagai “the great
apostasy” (kesesatan yang besar), yang dimulai sejak kematian Rasul yang
terakhir (sekitar 100 AD) dan atau paling lambat sekitar tahun 200. Mormonism mengajarkan bahwa Gereja Kristus telah
hilang lenyap dari bumi sampai pada saat dipulihkannya oleh Joseph Smith tahun
1829. Tapi sebenarnya tuduhan ini tidak mendasar, sebab Kitab Suci,
tulisan para Bapa Gereja abad- abad awal, dan kenyataan sejarah menjadi saksi
utama akan kesalahan tuduhan ini.
II. Jawaban atas tuduhan tersebut
1. Bukti dari Kitab Suci.
a. Tuhan Yesus mengajarkan kepada murid-
murid-Nya untuk membangun
rumah di atas batu dan bukan di atas
pasir, agar rumahnya kokoh dan tidak hancur/ lenyap ditelan banjir (lih. Mat
7:24-27). Maka mungkinkah Ia sendiri tidak melakukan hal itu? Kenyataannya,
Yesus mendirikan rumah-Nya, yaitu Gereja-Nya di atas Petrus (Batu Karang) dan
Ia sendiri berjanji untuk menjaganya agar tidak sesat/ binasa. Mat
16:13-18 mengatakan: Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya
kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka:
“Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada
pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus
bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon
Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya:
“Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu
kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: “Engkau
adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku
(Gereja-Ku) dan alam maut tidak akan menguasainya.” (… upon this
rock I will build My Church; and the gates of hell shall not prevail against
it.“- KJV, versi yang diakui oleh Mormonism). Maka berdasarkan
janji Kristus ini, tidak mungkin walaupun untuk sementara waktu saja, Gereja/
jemaat-Nya dapat binasa dan lenyap ditelan gerbang maut. Maka pandangan Mormonism yang mengatakan Gereja dapat binasa
(walau untuk sementara waktu) adalah pandangan yang menuduh Kristus berdusta.
b. Mat 18:15-18: “Apabila
saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan
nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau,
bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang
saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan
mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat (Gereja). Dan jika
ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang
tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang
kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” Yesus mengajarkan
untuk membawa perselisihan dalam hal religius ke hadapan Gereja. Perintah ini
mensyaratkan keberadaan Gereja yang setia kepada misinya. Jika tidak demikian,
artinya kita harus menyerahkan masalah religius kepada gereja pagan yang rusak,
untuk memenuhi perintah Kristus, dan ini menjadi tidak masuk akal.
c. Mat 28:20, Yesus berkata kepada para
rasul-Nya: “Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman.” Tak dapat disangkal bahwa Yesus selalu/ senantiasa
menyertai Gereja-Nya yang didirikan-Nya di atas para rasul- sampai akhir jaman.
Karena janji Kristus ini, maka tidak mungkin Gereja menjadi sesat dalam hal
pengajarannya, sebab tidak mungkin Kristus meninggalkan dan mengabaikan
Gereja-Nya.
d. 1 Tim 3:15: “Jadi jika aku terlambat,
sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah,
yakni jemaat (Gereja) dari Allah yang hidup,tiang penopang dan
dasar kebenaran.” Rasul Paulus mengatakan kepada kita bahwa Gereja adalah
tiang penopang dan dasar kebenaran; dan ini menunjukkan sifat Gereja yang kuat,
stabil, dan permanen. Gereja sebagai keluarga Allah, akan menjadi guru yang
permanen yang mengajarkan kebenaran.
Kesimpulannya: Kitab Suci
menunjukkan bahwa Gereja Katolik yang didirikan Kristus di atas Rasul Petrus,
tidak pernah dan tidak akan rusak di dalam hal otoritas apostolik dan ajarannya.
Mormonism mengutip ayat- ayat di Kitab
Suci tentang penyesatan untuk mendukung klaim mereka tentang ‘kesesatan besar’,
seperti Mat 7:15, Kis 20:29, 2 Tes 2:3, dan 2 Pet 2:1). Namun demikian, ayat-
ayat ini menunjukkan adanya penyesatan besar yang akan terjadi sebelum akhir
jaman, atau kepada kesesatan- kesesatan yang terjadi sepanjang periode sejarah
Gereja. Kita setuju dengan Mormonism bahwa telah terjadi dan akan terus
terjadi penyimpangan ajaran sesat dari pihak- pihak tertentu yang memisahkan
diri dari Gereja. Namun demikian tidak ada ayat di dalam Kitab Suci yang
menyebutkan adanya kesesatan total yang melibatkan otoritas apostolik yang
terus berlangsung melalui para penerus Rasul, yaitu para Paus dan Uskup.
Adalah penting untuk mempelajari
tulisan para Bapa Gereja sampai tahun 200, untuk mengetahui bahwa tuduhan
Mormonism sesungguhnya berlawanan dengan fakta. St. Klemens, Ignatius, Yustinus
Martir, Polycarpus dan Irenaeus, adalah para Bapa Gereja yang terkenal pada
jaman ini, dan tulisan- tulisan mereka didokumentasikan dengan baik. Mereka
telah mulai ada sejak jaman para rasul dan berakhir sekitar tahun 200. Maka
mereka termasuk dalam periode, yang menurut Mormonism, merupakan
periode kerusakan Gereja Katolik dan ajarannya.
Studi tentang tulisan para Bapa Gereja
menunjukkan bahwa mereka secara konsisten mengajarkan ajaran Gereja Katolik.
St. Klemens (wafat tahun 80) menyatakan tentang otoritasnya sebagai Uskup Roma
dan kepala Gereja. Ia juga mengajarkan tentang Misa sebagai perayaan kurban
Kristus. St. Ignatius yang adalah pembantu Rasul Yohanes menuliskan sebuah
surat yang keras tahun 110, mengecam mereka yang menolak kehadiran Yesus yang
nyata di dalam Ekaristi. St. Yustinus Martir pada tahun 155 memberikan secara
mendetail perayaan Ekaristi. St. Irenaeus (188-199) memperingatkan agar
seseorang harus mengikuti Gereja Roma agar dapat mengikuti ajaran Apostolik.
Para Bapa Gereja bahkan tidak
menyebutkan adanya “kesesatan besar”, seperti diharapkan sebagian orang, jika
hal itu benar terjadi di masa hidup mereka. Sebaliknya, mereka memang
menyebutkan banyak penyimpangan- penyimpangan yang melawan ajaran Gereja
Katolik, seperti tuduhan bahwa umat Katolik mempraktekkan kanibalism dan
penolakan ajaran tentang Inkarnasi. Jika memang ada penyesatan besar- besaran
terjadi di Gereja di masa mereka hidup, tentu kita dapat melihat adanya
tulisan- tulisan dalam skala yang besar di pihak penyerang dan pembela ajaran
yang benar, namun tidak demikian yang terjadi.
Menurut Mormonism, para Bapa Gereja di
abad awal mengajarkan ajaran Mormon, yang kemudian diabaikan oleh para Bapa
Gereja yang sesat di jaman berikutnya. Namun demikian, tidak ada satupun Bapa
Gereja di abad awal yang pernah mengajarkan ajaran Mormonism seperti poligami,
baptisan orang mati, adanya banyak tuhan ataupun perkawinan di surga. Tidak ada
bukti sedikitpun bahwa Gereja awal [sebelum terjadinya 'kesesatan besar'
menurut kaum Mormon] adalah gereja Mormon. Sebaliknya, bukti yang tidak dapat
disangkal adalah Gereja awal tersebut mengajarkan ajaran yang diajarkan oleh
Gereja Katolik. Gereja Katolik mengajarkan ajaran yang sama, yang diajarkan
oleh para Rasul, sampai pada hari ini. Kesimpulannya, studi tentang tulisan
para Bapa Gereja di abad- abad awal membuktikan tidak adanya klaim Mormonism tentang terjadinya “kesesatan besar”.
3. Bukti dari Kanon Kitab Suci
Kanon Kitab Suci secara resmi
ditetapkan oleh Gereja Katolik pada tahun 382 oleh Paus Damasus I, diteguhkan
kembali oleh Konsili Hippo (393) dan Carthago (397). Mormonism menerima dengan
iman, kanon Perjanjian Baru, persis seperti yang ditetapkan oleh Gereja
Katolik. Namun penentuan kanon ini terjadi setelah tahun 200, yaitu setelah
Gereja Katolik, menurut Mormonism, telah menjadi rusak total dan tak dapat
mewartakan kebenaran. Bukankah ini adalah suatu pandangan yang tidak konsisten,
sebab Mormonism menerima otoritas Gereja Katolik dalam
menentukan Kitab Suci, namun kemudian menolak bahwa Gereja Katolik tetap
memegang otoritas mengajar dengan benar.
4. Kebisuan sejarah.
Mengapakah sejarah mencatat adanya
pemisahan diri dalam sejarah Gereja: Arianism, Othodoxy, Protestantism- tetapi
tidak pernah menyebutkan adanya ‘kesesatan total’? Jika skima- sksima besar
disebutkan, mengapa jika memang ada skisma yang terbesar, malah tidak pernah
disebutkan? Jika memang ada, tentunya ada orang yang mencatatnya. Jika benar
Gereja awal mengajarkan ajaran Mormon, maka tentulah ada tulisan yang banyak
dari para jemaat awal, ketika banyak dari anggota Gereja lainnya yang ‘tersesat’
mengikuti ajaran yang non- Mormon. Namun faktanya, tidak ada sedikitpun protes,
tak ada bahkan satupun bukti yang menunjukkan hal itu. Kebisuan sejarah ini
sungguh merupakan kenyataan yang kuat, yang menunjukkan bahwa klaim Mormonism sebagai ajaran yang asli sungguh tidak
berdasar dan tidak dapat dibuktikan.
Sejarah mencatat, misalnya ketika ada
ajaran sesat Arianism (di awal abad ke-4) yang menentang keilahian Kristus,
maka para Bapa Gereja menanggapinya dengan melengkapi kalimat syahadat (Credo).
Sebelumnya Credo hanya menyebutkan tentang Yesus: “Putera-Nya yang Tunggal,
Tuhan kita”, menjadi: “Putera Allah yang Tunggal, Ia lahir dari Bapa sebelum
segala abad, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah
benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu
dijadikan oleh-Nya…” Dengan demikian, Gereja meluruskan ajaran yang keliru, dan
menegaskan kembali ajaran yang benar.
Maka jika benar ada kesesatan besar di
Gereja, tentulah ada seseorang yang netral yang dapat menulis sesuatu untuk
menantang Gereja agar setia mengajarkan kebenaran. Atau Gereja sendiri harus
meluruskan ajaran agar dapat diketahui ajaran yang murni, yang tercermin dalam
syahadat/ credo. Namun hal ini tidak pernah terjadi, tidak ada orang yang menantang
Gereja untuk mengajarkan ajaran yang murni dari para Rasul [karena memang
Gereja sudah selalu mengajarkan ajaran yang murni tersebut]. Sebaliknya, yang
ditantang/ ditolak adalah ajaran yang menentang ajaran para rasul itu.
5. Mormonism tak dapat menjelaskan apakah secara
rinci ‘kesesatan besar’ itu
Jika ditanya, kaum Mormon tidak dapat memberikan penjelasan
rinci fakta tentang kesesatan besar itu. Yang dikatakan hanya adalah terjadi
kesesatan besar, namun jika ditanya apa contohnya secara mendetail, mereka
tidak dapat menjawabnya, misalnya: siapa yang mempelopori kesesatan itu, di
mana terjadinya, tentang apa, siapa yang menolak kesesatan itu, dst.
6. Keutamaan Perjanjian Baru
Kita ketahui bahwa sebagai pengikut
Kristus kita (maupun kaum Mormon) menerima otoritas kitab
Perjanjian Baru. Kitab Perjanjian Lama sendiri tetap eksis selama sekitar 1300
tahun sampai tergenapinya dalam Perjanjian Baru, walaupun ada banyak tokoh
pemimpin dalam Perjanjian Lama yang hidupnya jahat. Dengan kenyataan ini,
apakah kita harus percaya bahwa Gereja –yang didirikan oleh Kristus yang adalah
Allah Putera yang menjelma menjadi manusia dan yang merupakan penggenapan janji
Allah dalam Perjanjian Baru– akan dapat runtuh hanya dalam waktu 70 tahun
setelah saat didirikannya oleh Kristus?
Daripada mencari fakta kesesatan besar
yang terjadi setelah kematian Rasul terakhir, kita dapat mencari adanya
kesesatan yang direkam dalam Injil. Yoh 6 telah merekam kejadian kesesatan dari
banyak pengikut Kristus yang menolak untuk percaya akan ajaran Kristus tentang
Ekaristi, yaitu agar para pengikut-Nya makan Tubuh-Nya dan minum Darah-Nya
dalam rupa makanan (roti) dan minuman. Banyak di antara mereka yang mengikut
Yesus saat itu menolak ajaran ini, sebab mereka tidak dapat menerima kehadiran
Kristus yang secara nyata dalam Ekaristi. Demikian juga, kaum Mormon juga menolak untuk percaya akan
kehadiran Yesus secara nyata dalam Ekaristi. Maka sesungguhnya dapat
dipertanyakan di sini, siapakah sebenarnya yang menyimpang dari ajaran Kristus.
Di atas semua itu, Gereja mengajarkan
kepada kita bahwa Wahyu Umum Allah (public Revelation) telah berakhir
dengan wafatnya Rasul yang terakhir yaitu Yohanes, sekitar tahun 100. Oleh
karena itu tidak akan ada pengajaran baru, ataupun Kitab Suci yang baru ataupun
nabi- nabi baru seperti pada jaman nabi Musa, Yesaya, Daniel, dst. Gal 4:4,
mengajarkan bahwa Yesus menyampaikan kepenuhan Wahyu Allah. Yud 1:3 mengatakan
bahwa ajaran iman ini telah disampaikan kepada orang- orang kudus (…. ye
should earnestly contend for the faith which was once delivered
unto the saints- KJV). Mat 28:19-20 mengindikasikan bahwa semua ajaran
telah disampaikan Kristus kepada para rasul, dan mereka harus mewartakan semua
ajaran ini ke seluruh dunia.
Dengan
demikian, Kitab Suci sendiri menyatakan bahwa tidak akan ada lagi Wahyu- wahyu
umum yang baru, karena Wahyu umum telah mencapai puncaknya, dan telah
disampaikan oleh Kristus. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK
66 “Tata penyelamatan Kristen sebagai suatu perjanjian yang baru dan definitif,
tidak pernah akan lenyap, dan tidak perlu diharapkan suatu wahyu umum
baru, sebelum kedatangan yang jaya Tuhan kita Yesus Kristus” (Dei Verbum
4). Walaupun wahyu itu sudah selesai, namun isinya sama sekali belum digali
seluruhnya; masih merupakan tugas kepercayaan umat Kristen, supaya dalam
peredaran zaman lama kelamaan dapat mengerti seluruh artinya.
KGK
67 Dalam peredaran waktu terdapatlah apa yang dinamakan “wahyu pribadi”, yang
beberapa di antaranya diakui oleh pimpinan Gereja. Namun wahyu pribadi itu
tidak termasuk dalam perbendaharaan iman. Bukanlah tugas mereka untuk
“menyempurnakan” wahyu Kristus yang definitif atau untuk “melengkapinya”,
melainkan untuk membantu supaya orang dapat menghayatinya lebih dalam lagi
dalam rentang waktu tertentu. Di bawah bimbingan Wewenang Mengajar Gereja, maka
dalam kesadaran iman, umat beriman tahu membedakan dan melihat dalam
wahyu-wahyu ini apa yang merupakan amanat otentik dari Kristus atau para kudus
kepada Gereja. Iman Kristen tidak dapat “menerima” wahyu-wahyu yang mau
melebihi atau membetulkan wahyu yang sudah dituntaskan dalam Kristus. Hal
ini diklaim oleh agama-agama bukan Kristen tertentu dan sering kali juga oleh
sekte-sekte baru tertentu yang mendasarkan diri atas “wahyu-wahyu” yang
demikian itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar